PERNAH gak sih kalian baca tweet dari teman
kalian di Twitter, lalu kemudian kalian me-reply twitter teman kalian
dalam hitungan detik? Atau mungkin kalian membaca status Facebook teman
atau sahabat kalian tentang hubungan cintanya, dan kalian ikut memberi comment terhadap status Facebook teman atau sahabat kalian tersebut?
Saya yakin 100 persen semua orang yang punya akun Facebook atau
Twitter pernah melakukan hal tersebut. Bukan cuma Facebook atau Twitter
saja, kebanyakan pengguna internet pasti pernah memberi komentar,
pendapat, saran, atau kritik terhadap suatu artikel, foto, video, musik,
atau beragam konten yang ada di jagat dunia maya ini.
Perkembangan internet yang sangat pesat dengan beragam konten di
dalamnya membuat orang dapat dengan mudah mencari informasi apa pun di
internet. Apalagi dengan menjamurnya smart phone di kalangan
masyarakat, internet semakin mudah diakses dimanapun dan kapan pun. Hal
itu berarti kita dengan mudah memberi komentar, saran, pendapat atau
kritik terhadap konten-konten yang beredar di dunia maya, termasuk di
dalamnya status Facebook, tweet, tulisan, foto atau apapun itu.
Lalu?
Pertanyaan mengusik pikiran saya. Kalau saran, pendapat atau kritik
diberikan dengan menggunakan bahasa sopan dan tidak menyinggung SARA
sih, hal tersebut menjadi oke-oke saja. Tapi bagaimana kalau justru
komentar, saran, pendapat, atau kritik yang diberikan justru menimbulkan
perselisihan, pertengkaran, menyakiti hati, atau menyinggung SARA.
Mengingat kata-kata Pandji Pragiwaksono saat dia mengisi session StandUp Comedy di acara ONOFFID 2011 alias Pesta Blogger 2011: “Sebenarnya
tidak ada etika berinternet. Etika atau cara bersikap kita dalam
kehidupan nyata itulah sebenarnya yang menjadi cara kita bersikap dalam
dunia maya.”
Di akhir StandUpnya, Pandji menyimpulkan demikian: “Jangan
jadikan dunia maya dijadikan sarana untuk menyela, mengejek atau
menghina. Kalau memang benar-benar berani untuk menyela,mengejek atau
menghina, lakukan hal tersebut di dunia nyata. Jangan berlindung dibalik
dunia maya. “
Menurut saya, kata-kata Pandji tersebut sih sangatlah benar.
Seringkali dalam dunia maya, orang berani untuk mencela, atau menghina
orang lain. Tapi ketika mereka bertemu dengan orangnya langsung di depan
mata, mereka hanya diam dan tidak berani berbicara apa pun. Cara kita
bersikap dalam dunia maya seharusnya sejalan dengan cara kita bersikap
kita dalam dunia maya. Jangan jadikan dunia maya sebagai tameng
pelindung bagi kita untuk bisa berbicara dan menulis seenaknya perut
kita, nge-tweet yang menyinggung SARA, atau bikin status Facebook yang
menyakiti orang lain.
Bijak berinternet, bijak juga bersikap….
Posted by : Robertus Benny Murdhani
sumber : sesawi
Bijak Berinternet, Bijak Bersikap
Admin
No comments
0 komentar:
Posting Komentar