Paskah = Hari Raya Kafir?


Oleh : P. William P. Saunders *
Seorang kerabat meninggalkan Gereja Katolik dan bergabung dengan suatu sekte Messianik-Yahudi. Ia mengatakan bahwa Paskah (= Easter) pada mulanya adalah sebuah hari raya kafir yang diberi nama seturut dewi Jerman, Eoster. Kami berdebat cukup sengit mengenai hal itu. Darimanakah ia mendapatkan gagasan semacam itu?
~ seorang pembaca di Ashburn

Saya pikir, setidak-tidaknya, kerabat itu bingung. Sesuai Injil, tak diragukan lagi bahwa Paskah adalah perayaan khidmad merayakan kebangkitan Kristus. Dalam tradisi Gereja Barat, Paskah dirayakan pada hari Minggu pertama sesudah bulan purnama baru, yang terjadi pada atau segera sesudah vernal atau equinox musim semi. Penanggalan ini ditetapkan oleh Konsili Nicea pada tahun 325. Dengan demikian, Paskah dapat berkisar antara 22 Maret hingga 25 April. (Gereja-gereja Orthodox mengikuti sistem penanggalan yang berbeda dan karenanya merayakan Paskah satu, empat bahkan lima minggu kemudian.)

Kebingungan kerabat di atas terletak pada etimologi kata itu sendiri. Dalam bahasa asli Injil, kata Yunani “pascha” dipergunakan untuk bentuk Aramic dari kata Ibrani “pesach”, yang artinya “Paskah” (= Passover). Sepanjang tiga abad pertama Gereja, Pasch secara istimewa menunjuk pada perayaan sengsara dan wafat Kristus; pada akhir abad keempat, Pasch juga mencakup Malam Paskah; dan pada akhir abad kelima, Pasch menunjuk pada Paskah itu sendiri. Pada intinya, istilah tersebut mengandung arti Kristus sebagai Anak Domba Paskah yang baru. Bersama-sama, misteri Perjamuan Malam Terakhir, kurban Jumat Agung, dan kebangkitan Paskah membentuk Passover baru - Paskah baru.

Bahasa Latin mempergunakan akar kata Yunani-Ibrani untuk kata “Pascha” dan kata-kata turunan lainnya untuk menunjukkan Paskah atau misteri-misteri Paskah: sebagai contoh, Malam Paskah dalam bahasa Latin adalah Sabbato Sancto de Vigilia Paschali dan dalam Prefasi Pertama Paskah, imam memaklumkan, “... Cum Pascha nostrum immolatus est Christus” (“Ketika Kristus Paskah kita dikurbankan”). Bahasa-bahasa Romawi sesudahnya mempergunakan akar kata Ibrani-Yunani-Latin untuk kata-kata mereka yang menunjuk pada Paskah: Italia, Pasqua; Spanyol, Pascua; dan Perancis, Paques. Bahkan sebagian bahasa-bahasa non-Romawi mempergunakan juga akar kata Ibrani-Yunani-Latin: Skotlandia, Pask; Jerman, Paschen; Swedia, Pask; dan dialek Jerman sepanjang Rhine bagian bawah, Paisken. [Indonesia, Paskah.]

Namun demikian, menurut St Beda (wafat tahun 735), seorang sejarahwan besar Abad Pertengahan, istilah Easter (yang berarti Paskah) tampaknya bermula di Inggris sekitar abad kedelapan. Kata “Easter” berasal dari kata “Eoster”, nama dewi Teutonic, dewi terbitnya terang hari dan musim semi dan kurban-kurban tahunan sehubungan dengannya. Jika inilah asal kata Easter, maka Gereja “membaptis” nama tersebut, dan mempergunakannya untuk menunjuk pada pagi hari Minggu Paskah pertama ketika Kristus, Terang kita, bangkit dari makam dan ketika para perempuan mendapati makam kosong sementara fajar mulai menyingsing.  

Kemungkinan lain yang muncul dari penelitian yang lebih baru mengatakan Gereja awali menunjuk pada pekan Paskah sebagai hebdomada alba (“pekan putih”), sebab busana putih yang dikenakan oleh mereka yang baru dibaptis. Sebagian orang salah menerjemahkan kata itu sebagai “terbitnya terang hari” atau “terbitnya fajar” dan karenanya mempergunakan akar kata Teutonic “eostarun”, bentuk jamak dari bahasa Jerman kuno untuk fajar, sebagai dasar dari kata Jerman “Ostern” dan kata Inggris “Easter”. Dalam terjemahan-terjemahan awal Kitab Suci dalam bahasa Inggris yang dilakukan oleh Tyndale and Coverdale, kata Easter menggantikan kata Passover, di sebagian ayat. [Dalam terjemahan Indonesia, kata Paskah menggantikan kata Passover.]

Meski akar kata Easter secara etimologis ada hubungannya dengan nama seorang dewi kafir ataupun upacara-upacara kafir, namun makna perayaan yang dikandung dalam kata ini tak diragukan lagi sungguh Kristiani. Memang, mengapa bahasa Inggris tidak mempergunakan akar kata Ibrani-Yunani-Latin merupakan suatu misteri. Tidak seperti Hari Raya Natal yang ditetapkan pada tanggal 25 Desember dan “membaptis” perayaan matahari oleh bangsa kafir Romawi sebelumnya, Easter atau Paskah sungguh merupakan suatu perayaan yang unik. Oleh karena itu, jika ada kebingungan atau kekacauan, pastilah berasal dari etimologi, dan bukan teologinya.

* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Galls and a professor of catechetics and theology at Christendom's Notre Dame Graduate School in Alexandria.
sumber : “Straight Answers: Easter: A Pagan Holiday?” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2006 Arlington Catholic Herald, Inc. All rights reserved; www.catholicherald.com

diterjemahkan oleh : YESAYA

0 komentar:

Posting Komentar

 
Isi Copas Sana-sini | Contact Cekidot hehe