Karena tidak ke gua Maria yang baru kali ini kita bahas gereja Santa Maria Lourdes Promasan aja ya.. berkali-kali ke sendangsono kita baru pertamaxkali ke gereja promasan malahan ( ndeso banget yo? ) bagusnya gereja ( nang ndeso ) pintunya tak perna dikunci,,jadi siapa aja yang dateng tinggal buka dan bisa langsung berdoa gak perlu tunggu ada misa ni yang ane paling suka dari gereja2 di desa...nah langsung aja nikmatin secuil info gereja ini dan fotonya.. scroll bro scrollllllll......
Sejarah
lahirnya Paroki Promasan merupakan kelanjutan dan perkembangan dari
Pastoran dan Paroki Santa Theresia Lieseux Boro pada tahun 1930 serta
peristiwa pembaptisan 173 orang di Sendangsono tanggal14 Desember 1904.
Bermula
dari benih-benih iman kristiani yang ditaburkan di sekitar Kalibawang,
tumbuh dan berkembanglah umat Katolik di Promasan. Pada tanggal 20 Mei
1904, bertepatan dengan Rari Raya Pentakosta, empat orang dari sekitar
Kalibawang dibaptis oleh Romo F. van Lith, SJ di Muntilan. Keempat orang
tersebut lalu memperkenalkan ajaran iman kristiani. Berkat jasa keempat
orang tersebut, iman kristiani di sekitar Kalibawang terutama
Sendangsono berkembang. Salah satu dari keempat orang baptisan pertama
tersebut adalah Bapak Barnabas Sarikromo. Bapak Barnabas Sarikromo
berkeliling di sekitar Promasan, Tuksongo, Semagung, Kajoran, Kalisentul
dan Kerug untuk mengajar agama ("wulangan agama"). Berkat usaha
dan perjuangan Bapak Barnabas, pada tanggal 14 Desember 1904, 173 orang
dibaptis di Sendangsono. Mereka yang dibaptis berasal dari lingkungan
Tuksongo, Semagung dan Kajoran. Karena pengabdiannya pula, Paus
menganugerahkan penghargaan yang besar. Beliau menjadi tokoh besar dalam
pengembangan iman kristiani di Kalibawang. Setelah peristiwa
pembaptisan terhadap 173 orang tersebut, iman kristiani berkembang
pesat. Mereka yang dibaptis tahun 1904 tersebut, tiap hari Sabtu pergi
ke Muntilan untuk ikut pelajaran agama dan pada hari Minggu pagi
merayakan Ekaristi di gereja Muntilan. Karena perkembangan yang
menggembirakan dan untuk melayani umat, pihak misi mengutus Romo
Groenwegen SJ menggembalakan umat di sekitar Kalibawang. Tahun 1914 Romo
Groenwegen SJ memimpin Perayaan Ekaristi di Kajoran. Pada tahun 1918,
Romo Groenwegen SJ mendirikan Sekolah Rakyat di Ploso. Pembangunan
selesai tahun 1922. Selain untuk sekolah, Sekolah Rakyat di Ploso juga
digunakan untuk merayakan Ekaristi hari Minggu.
Pada tahun 1923 Kalibawang ditetapkan sebagai stasi dari Mendut. Meskipun bagian dari Mendut, tetapi karena alasan ekonomi dan kemudahan, mereka merayakan Ekaristi Gereja Muntilan.
Pada
tahun 1924 - 1935, Kalibawang digembalakan oleh Romo Prennthaler SJ.
Agar pembinaan iman umat makin efektip, Romo Prennthaler SJ membentuk pamomong (=ketua lingkungan sekarang) untuk Promasan dan Boro. Beliau juga merintis pembangunan Gereja di Promasan.
Karya
Romo Prennthaler SJ dilanjutkan oleh Rm. Teppema SJ dan Romo
Jasawihardja SJ. Usaha merintis pendirian Gereja dilanjutkan oleh Romo
Jasawihardja SJ yang bertugas di Promasan. Pembangunan Gereja
berlangsung dari tahun 1937-1940. Akhimya, pada tanggal 18 Desember 1940
Gereja Promasan diresmikan oleh Mgr. Soegijapranata, SJ dan berlindung
pada Santa Maria Yang Menampakkan Diri di Lourdes.
Dalam
rangka pembinaan umat serta memenuhi kebutuhan Gereja dan Romo,
dibentuklah Aksi Katolik (semacam DP jaman sekarang). Aksi Katolik ini
terdiri dari guru agama, pamomong dan pemuka umat. Mereka mengadakan
rapat satu lapan sekali tiap Minggu Wage.
Sampai
tahun 1958, Promasan merupakan stasi dari Paroki Boro. Tanggal 1
Januari 1959, Promasan ditetapkan sebagai paroki. Sejak saat itu pula,
semua administrasi diurus dan dicacat oleh Paroki Promasan.
Tahun
1971-1973, sebagian wilayah Paroki Promasan yaitu Kerugmunggang dan
Kenalan bergabung dengan Paroki Mertoyudan. Karena ada kekosongan pastor
di Borobudur, tahun 1973, Kerugmunggang dan Kenalan dikembalikan lagi
ke Paroki Promasan. Keputusan Kerugmunggang dan Kenalan dikembalikan ke
Promasan tertuang dalam Garis Kebijakan KAS mengenai Paroki Borobudur No: 1063/B/I/s/73. Pada waktu itu Paroki Promasan dibagi menjadi 25 kring dengan 8 wilayah.
Sejak
tahun 1981, Paroki Promasan mulai memikirkan lingkungan-lingkungan.
Maka mulailah membangun kapel sebagai sarana pengembangan iman umat.
Selama penggembalaan Romo VM. Kartasudarma Pr, proses pembangunan kapel
mendekati tahap selesai. Sekarang ini ada 11 kapel tersebar di
lingkungan dan wilayah yang ada di Paroki Promasan. Selain pengembangan
sarana ibadah, umat juga diajak untuk membentuk dan mengembangkan
lingkungan yang kuat dan mandiri. Pembenahan administrasi lingkungan
menjadi salah satu bentuk pengembangan kekuatan dan kemandirian
lingkungan. Dalam rangka pembinaan iman umat agar makin efektip, sejak
tahun 1993 ada pelayanan Perayaan Ekaristi di wilayah-wilayah tiap 2
minggu sekali. Selain itu juga dikembangkan pemberdayaan umat dan
pelestarian lingkungan alam sekitar. Mengingat sebagian besar umat
Paroki Promasan bertani, dikembangkanlah sektor sosial dan gerakan tani
lestari. Pengembangan sektor sosial ekonomi ditandai dengan gerakan
menanam tanaman keras seperti buah-buahan dan pohon-pohon. Seiring
dengan menurunnya produktivitas pangan juga dikembang-kan gerakan tani
lestari dengan perhatian utama pada konservasi lahan.
Seturut
dengan Keuskupan Agung Semarang (KAS) yang mencanangkan Arah Dasarnya,
Paroki Promasan juga ikut aktif dalam mengejawantahkan Arah Dasar KAS
sesuai dengan keadaan Paroki. Secara khusus, sejak tahun 1999, Paroki
Promasan mengembangkan diri sebagai Paroki mandiri yang seutuhnya. Salah
satu usaha yang ditempuh adalah gerakan untuk tidak bergantung pada
donatur. Sejalan dengan hal itu dikembangkan pemberdayaan umat
lingkungan dan penguatan ekonomi. Maka tahun 2000, Paroki Promasan
mendirikan Koperasi Kredit dalam rangka mendidik umat agar tidak
bergantung sepenuhnya pada donatur atau paroki. Sejak itu, juga
dikembangkan Gereja yang hidup dengan perhatian pada penguatan
paguyuban-paguyuban dan memberikan ruang seluas-luasnya bagi tumbuhnya
paguyuban-paguyuban baru. Karena jumlah umat makin banyak, dalam setiap
lingkungan dibentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri antara 15-20
KK. Kelompok-ke1ompok ini sering disebut kelompok Doa. Meskipun
demikian, kegiatannya tidak hanya sebatas doa bersama tetapi juga
berkaitan dengan sosial kemasyarakatan. Sebagai wujud pemberdayaan umat
juga dikembangkan transparansi keuangan. Semua usaha yang dilakukan
tersebut dalam rangka pendidikan iman.
Sumber : dari berbagai sumber
Foto : dok. pribadi
model : miko kembali gagal anu & Admin.. ( foto sing ngisor 2 jane meh maling asune asline wkkakakakakak )