Bacaan: Rm. 14:7-12; Mzm. 27:1,4,13-14; Luk. 15:1-10 Renungan: Kita pernah mendengarkan kisah Si Malin Kundang. Dari kemiskinan ia menjadi hartawan di luar negeri. Ketika kembali ke kampung halamannya, ia menjadi malu menerima dan mengakui ibunya yang tetap miskin dan malang. Akhir kisah, ia mengalami kutukan alam yang murka dan ia berubah menjadi patung batu dengan posisi bungkuk tiarap memohonkan pengampunan sang ibunda. Yesus mengajari kita sikap menerima orang lain apa adanya. Ia yang adalah nabi, guru, Mesias, menerima orang yang dianggap berdosa dan duduk semeja sehidangan dengan mereka, lambang keakraban, persabahatan tanpa batas. | Bapa untuk semua orang, khususnya yang amat membutuhkan. Yesus bahkan bukan hanya menantikan para pendosa ini datang, tetapi Ia sendiri berupaya, mengambil langkah pertama, untuk mencari, menemukan, menjumpai. Ia membuka pintu dialog, pintu hati, pintu rumah Bapa. Bahkan, Ia bahagia, bergembira dan bersukaria. Ada 2 hal indah untuk direnungkan: bagaimana saya bersikap terhadap orang-orang kecil... dan bagaimana Kasih saya dengan iman dan berani, kembali ke pintu pengampunan Tuhan, apapun dosa dan salahku! Alm. Mgr. Th. Moors, Uskup Manado pernah berkata: kalau nanti satu saat kamu jadi seperti anak hilang, yang penting jangan lupa ‘jalan pulang' kepada Bapa! (Renungan Harian Mutiara Iman 2011, Yayasan Pustaka Nusatama)
|
0 komentar:
Posting Komentar