Rabu, 3 november 2011





Bacaan:
Rm. 14:7-12;
Mzm. 27:1,4,13-14;
Luk. 15:1-10
Renungan:
Kita pernah mendengarkan kisah Si
Malin Kundang. Dari kemiskinan ia
menjadi hartawan di luar negeri. Ketika
kembali ke kampung halamannya, ia
menjadi malu menerima dan mengakui
ibunya yang tetap miskin dan malang.
Akhir kisah, ia mengalami kutukan
alam yang murka dan ia berubah
menjadi patung batu dengan posisi
bungkuk tiarap memohonkan
pengampunan sang ibunda.
Yesus mengajari kita sikap menerima
orang lain apa adanya. Ia yang adalah
nabi, guru, Mesias, menerima orang
yang dianggap berdosa dan duduk
semeja sehidangan dengan mereka,
lambang keakraban, persabahatan
tanpa batas.
Bapa untuk semua orang,
khususnya yang amat membutuhkan.
Yesus bahkan bukan hanya
menantikan para pendosa ini datang,
tetapi Ia sendiri berupaya, mengambil
langkah pertama, untuk mencari,
menemukan, menjumpai. Ia membuka
pintu dialog, pintu hati, pintu rumah
Bapa. Bahkan, Ia bahagia, bergembira
dan bersukaria.
Ada 2 hal indah untuk direnungkan:
bagaimana saya bersikap terhadap
orang-orang kecil... dan bagaimana
Kasih
saya dengan iman dan berani, kembali
ke pintu pengampunan Tuhan, apapun
dosa dan salahku! Alm. Mgr. Th.
Moors, Uskup Manado pernah berkata:
kalau nanti satu saat kamu jadi seperti
anak hilang, yang penting jangan lupa
‘jalan pulang' kepada Bapa!
(Renungan Harian Mutiara Iman 2011,
Yayasan Pustaka Nusatama)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Isi Copas Sana-sini | Contact Cekidot hehe