Rm 11:1-2a,11-12,25-29,
Mzm 94:12-13a,14-15,
Luk 14:1,7-11
Bacaan Injil : Luk. 14:1,7–11
Pada suatu hari Sabat Yesus datang
ke rumah salah seorang pemimpin dari
orang-orang Farisi untuk makan di situ.
Semua yang hadir mengamat-amati
Dia dengan saksama.
Karena Yesus melihat, bahwa tamu-
tamu berusaha menduduki tempat-
tempat kehormatan, Ia mengatakan
perumpamaan ini kepada mereka:
”Kalau seorang mengundang engkau
ke pesta perkawinan, janganlah duduk
di tempat kehormatan, sebab mungkin
orang itu telah mengundang seorang
yang lebih terhormat dari padamu,
supaya orang itu, yang mengundang
engkau dan dia, jangan datang dan
berkata kepadamu: Berilah tempat ini
kepada orang itu. Lalu engkau dengan
malu harus pergi duduk di tempat yang
paling rendah. Tetapi, apabila engkau
diundang, pergilah duduk di tempat
yang paling rendah. Mungkin tuan
rumah akan datang dan berkata
kepadamu: Sahabat, silakan duduk di
depan. Dan dengan demikian engkau
akan menerima hormat di depan mata
semua tamu yang lain. Sebab barang
siapa meninggikan diri, ia akan
direndahkan dan barangsiapa me
rendahkan diri, ia akan ditinggikan.”
Renungan
Ketika Santo Bernardus dari Clairvaux
ditanyai dan diminta untuk
menyebutkan empat keutamaan
Kristiani, dia menjawab, ”Kerendahan
hati, kerendahan hati, kerendahan hati,
kerendahan hati.” Memang,
kerendahan hati adalah dasar dari
banyak keutamaan Kristiani (bdk. Ef.
4:2). Dengan melihat bagaimana orang
berpacu mencari posisi yang paling
dihormati, Yesus mengajarkan orang
banyak tentang kerendahan hati.
Apa itu kerendahan hati? Kerendahan
hati adalah ”self knowledge dan self
acceptance” (pengetahuan dan
penerimaan diri). Kerendahan hati
pertama-tama soal pengetahuan diri.
Kita mengenal diri kita, siapa kita, apa
kelebihan-kelebihan kita dan apa
kekurangan-kekurangan kita. Tentu
juga tidak cukup kita mengenal diri
kita, tetapi juga kita harus menerima
diri apa adanya. Kita menerima
kelebihan kita dan bersyukur kepada
Tuhan akan karunia-karunia itu, tetapi
juga sebaliknya menerima kekurangan
kita dan berusaha memperbaikinya.
Adalah kerendahan hati yang semu
kalau kita mengingkari prestasi dan
karunia Tuhan yang ada dalam diri kita.
Adalah kesombongan kalau kita selalu
membela diri walau terang-terangan
kita itu bersalah atau memiliki
kekurangan.
Doa: Tuhan Allah penuh kasih, terima
kasih atas karunia dan talenta yang
Engkau berikan kepadaku. Berilah aku
kerendahan hati untuk menerima
kekuranganku agar aku beroleh
keselamatan kekal. Amin.
Mikael Rua
Sumber : Ziarah Batin 2011
Renungan harian . Sabtu 29 oktober 2011
Admin
No comments
0 komentar:
Posting Komentar